BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR
BELAKANG
Dizaman sekarang ini banyak sekali
orang yang menganggap bahwa semua orang barat itu non muslim. Padahal sebenarnya
masih tetap ada bangsa-bangsa barat tersebut yang beragama islam. Bahkan jelas
pada dasarnya awal adanya islam dan perkmbangannya banyak terjadi di bangsa
barat juga. Tetapi karna adanya banyak hal sekarang yang masih dipandang
sebagai bangsa islam disana hanyalah wilayah-wilayah tertentu saja.
Kita sebut saja Spanyol,mayoritas
dari kita mendengar nama Spanyol pada saat ini pasti banyak yang mengidentikkan dengan orang barat(non
muslim).Bisa dibilang itu memang benar akan tetapi masih ada beberapa
masyarakat Spanyol yang masih beragama islam. Bahkan perlu kita ketahui
bahwasanya dulu yang menjadi salah satu wilayh kejayaan islam adalah di Spanyol
(Andalusia) ini.
Saat ini, sebagian
orang, khususnya di Indonesia, mungkin masih belum menyadari arti penting
sebuah negeri Spanyol bagi islam dan sebaliknya, arti sebuah Islam bagi negeri
Spanyol. Bahkan lebih luasnya bagi negeri Portugis. Sebagian orang mungkin
menggeneralisir pengalaman negeri-negeri yang dalam catatan sejarah sering
dirujuk sebagai sebagai Andalusia ini dengan pengalaman Negara-negara Eropa
lainnya. Spanyol, dalam konteksnya sebagai Andalusia, pernah menorehkan tinta
sejarah dengan aneka macam warna yang
sangat sulit dilupakan oleh kaum Muslim.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana perkembangan islam diSpanyol?
2.Faktor apa saja yang
mempengarui kemajuan islam di Spanyol?
3.Apa saja bukti adanya kemajuan islam di Spanyol?
C.TUJUAN MASALAH
Makalah yang kami susun ini bertujuan untuk:
1.Mengetahui
bagaimana perkembangan islam di Spanyol.
2.Mengetahui faktor-faktor yang mempengarui kemajuan islam
di Spanyol.
3.Mengetahui bukti-bukti telah adanya kemajuan islam di
Spany ol.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Islam diSpanyol
Perkembangan
Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, Islam
memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam di
Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap periode mempunyai corak
pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu
1.
Periode Pertama (711-755 M).
Pada
periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih
terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara
lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan
etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah
di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh
karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam
jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan
seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan
etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab
sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy
(Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali
menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh.
Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu
mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan
dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal
di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan
Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500
tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena
seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar,
maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di
bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya
Abdurrahman al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2.
Periode Kedua (755-912 M)
Pada
periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir
(panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam,
yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama
adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar
Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang
berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil
menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan
dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini
adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath,
Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada
periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam
bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan
masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal
berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol.
Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman
Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk
datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun
demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9
stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang
mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak
menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan
kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri
berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka
diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau
lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau
menjadi karyawan pada instansi militer.
Gangguan
politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri.
Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang
berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas
membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang
dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.
Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab
masih sering terjadi.
3.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode
ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir
sampai munculnya “raja- raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk
al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar
khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai
kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di
Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya,
keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada
dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat
untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama
150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu
Abdurrahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009
M).
Pada
periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi
kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas
Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga
seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal
dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik
tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di
tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai
pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil
menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan
menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas
keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat
pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008
M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu.
Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan
akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri.
Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup
memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah
Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam
banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4.
Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada
periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di
bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat
di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar
diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol
kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada
raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik
Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai
mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun
kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu
istana ke istana lain.
5.
Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada
periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun
(086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada
mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di
Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang
berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa
Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan
negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya
memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh
untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi,
penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun
1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol
dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa
jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal
dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya
berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang
berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad
ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd
al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova,
Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa
dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat
dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami
keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di
Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan
penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara
tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa
kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari
serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke
tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali
Granada lepas dari kekuatan Islam.
6.
Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada
periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani
Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman
Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa
di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di
Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan
kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena
menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak
dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan
digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan
kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini
dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu
saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut
kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan
serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia
menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika
Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M.
Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi
meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam
di daerah ini.
B. Faktor-Faktor Kemajuan Islam diSpanyol
1.
Adanya dukungan dari para penguasa. Kemajuan Spanyol Islam sangat ditentukan
oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa serta mencintai ilmu
pengetahuan, juga memberikan dukungan dan penghargaan terhadap para ilmuan dan
cendekiawan.
2. Didirikannya
sekolah-sekolah dan universitas-universitas di beberapa kota di Spanyol oleh
Abd al-Rahman III al-Nasir, dengan universitasnya yang terkenal di Cardova.
Serta dibangunnya perpustakaan-perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku
yang cukup banyak.
3.
Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung Timur sampai ujung Barat wilayah
Islam dengan membawa berbagai buku dan bermacam gagasan. Ini menunjukkan bahwa
meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang
disebut kesatuan budaya Islam.
4.
Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol dalam
bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cardova yang menyaingi
Universitas Bizhamiyah di Baghdad yang merupakan persaingan positif tidak
selalu dalam bentuk peperangan.
C. Bukti Kemajuan Islam diSpanyol
1.
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Ketika
Islam berjaya di Andalusia, ilmu pengetahuan dan filsafat mengalami
perkembangan yang cukup pesat.
Ketika
Islam lahir, sebagai agama pemersatu dan agama peradaban, bangsa Yunani sedang
tenggelam dalam kekuasaan pemerintah yang kejam, sedang dunia Islam mulai
menyingsingkan fajar kebebasan, terutama bagi berkembangnya ilmu pengetahuan.
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan oleh penguasa
Muslim ketika itu, sehingga para ilmuwan dan filsof kenamaan banyak lahir di
dunia Islam, seperti Ibnu Hazm dengan karyanya al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr
Muhamad Ibnu Al-Asyik (wafat 1138) yang dikenal Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu
Thufael (wafat 1185) yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Hay bin
Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M) yang dikenal dengan sebutan Averous,
karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.
2.
Bidang Geografi dan Sains.
Ilmuwan
di bidang geografi lahirlah nama Ibnu Jubair, seorang pengarang buku berjudul
“Perlawatan ke negeri-negeri Islam”, Abu Hamid Al-Hazim dan Abu Ubaid Al-Bakry.
Di
bidang sains muncullah nama-nama yang ahli di bidang kedokteran, musik,
matematika, astronomi, kimia, dan lain-lainnya misalnya Wafid Al-Bakhmi, Khalaf
Al-Zahrawi, sebagai ahli di bidang kedokteran dan ilmu fa’al. Abu Qasim
al-Zanrawi seorang dokter bedah yang mengarang buku Al-Tasrif setebal 30 jilid,
Ibnu Khatimah ahli penyakit Malaria, Abbas Ibnu Farnas ahli Kimia dan
Astronomi, ia adalah seorang ilmuwan pertama yang menemukan cara membuat kaca
dari batu.
3.
Bidang Sejarah dan Sosiologi.
Ilmu
sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan
Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori
sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain;
Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus,
Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia
dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli
sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan
Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal
dengan bukunya Mukaddimah.
4.
Bidang Agama dan Hukum Islam.
Bidang
ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya
melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd
yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid,
dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan
sebagainya.
5.
Bidang Musik dan Kesenian.
Tokoh
yang terkenal pada masa ini di bidang musik dan seni suara adalah Al-hasan bin
Nafi’ yang dijuluki Zaryab, ia adalah seorang seniman yang terkenal di
zamannya.
6.
Bidang Bahasa dan Sastra.
Di
bidang bahasa dan sastra, bahas Arab merupakan bahasa administrasi bagi
pemerintahan Islam Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan
muslim di negeri itu termasuk penduduk asli. Di antara tokoh yang terkenal pada
masa itu adalah Ibn Malik pengarang kitab “Alfiyah”, Ibn Khuru, Ibn Al-Haj, dan
sebagainya, sedangkan tokoh sastranya antara lain Ibn Abdi Rabah dengan bukunya
Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah,
dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.
7.
Bidang Pembangunan Fisik.
Pemerintahan
Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa lembaga berikut
sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di Cordova,
membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan
penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan
roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik
tekstil, kulit, logam, dan lainnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sejak pertama
kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terajhir
disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Setelah islam masuk ke Spanyol
selama tujuh abad, ymat Islam berhasil mencapai kejayaan disana. Banyak
prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian
dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Banyak kemajuan-kemajuan
yang dialami, diantaranya dalam bidang intelektual yaitu: filsafat, sains,
fiqh, musik, kesenian, bahasa dan satra. Sedangkan pembangunan-pembangunan
secara fisik seperti halnya di Cardova dan Granada.
Kemajuan Islam di
Spanyol sangat ditentukan oleh adanya
penguasa yang kuat dan bijaksana. Selayaknya yang patut kita contoh atas
semangat juang yang pantang menyerah sehingga islam di Spanyol dapat bangkit
dan berkembang dari keterpurukan.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Thomson, Ahmad. 2004. Islam Andalusia Sejarah Kebangkitan dan
Keruntuhan. Jakarta: Gaya Media
Pratama.
M. Fa’al, Fahsin. 2008. Sejarah Kekuasaan Islam.Jakarta
Barat: CV Artha Rivera.