Pages

Friday, November 8, 2013

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM : PEMBENTUKAN DAN KEMAJUAN PEMERINTAHAN ISLAM DISPANYOL



BAB I
                                        PENDAHULUAN


A.LATAR BELAKANG
            Dizaman sekarang ini banyak sekali orang yang menganggap bahwa semua orang barat itu non muslim. Padahal sebenarnya masih tetap ada bangsa-bangsa barat tersebut yang beragama islam. Bahkan jelas pada dasarnya awal adanya islam dan perkmbangannya banyak terjadi di bangsa barat juga. Tetapi karna adanya banyak hal sekarang yang masih dipandang sebagai bangsa islam disana hanyalah wilayah-wilayah tertentu saja.
            Kita sebut saja Spanyol,mayoritas dari kita mendengar nama Spanyol pada saat ini  pasti banyak yang  mengidentikkan dengan orang barat(non muslim).Bisa dibilang itu memang benar akan tetapi masih ada beberapa masyarakat Spanyol yang masih beragama islam. Bahkan perlu kita ketahui bahwasanya dulu yang menjadi salah satu wilayh kejayaan islam adalah di Spanyol (Andalusia) ini.
            Saat ini, sebagian orang, khususnya di Indonesia, mungkin masih belum menyadari arti penting sebuah negeri Spanyol bagi islam dan sebaliknya, arti sebuah Islam bagi negeri Spanyol. Bahkan lebih luasnya bagi negeri Portugis. Sebagian orang mungkin menggeneralisir pengalaman negeri-negeri yang dalam catatan sejarah sering dirujuk sebagai sebagai Andalusia ini dengan pengalaman Negara-negara Eropa lainnya. Spanyol, dalam konteksnya sebagai Andalusia, pernah menorehkan tinta sejarah dengan aneka macam  warna yang sangat sulit dilupakan oleh kaum Muslim.

B.RUMUSAN MASALAH                                                          
1.Bagaimana perkembangan islam diSpanyol?
2.Faktor apa saja  yang mempengarui kemajuan islam di Spanyol?
3.Apa saja bukti adanya kemajuan islam di Spanyol?


C.TUJUAN MASALAH
            Makalah  yang kami susun ini bertujuan untuk:
            1.Mengetahui bagaimana perkembangan islam di Spanyol.
            2.Mengetahui  faktor-faktor yang mempengarui kemajuan islam di Spanyol.
            3.Mengetahui  bukti-bukti telah adanya kemajuan islam di Spany ol.


                                                               BAB II
                                        PEMBAHASAN


A.  Perkembangan Islam diSpanyol
                                Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu
1. Periode Pertama (711-755 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya “raja- raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
B.  Faktor-Faktor Kemajuan Islam diSpanyol
1.      Adanya dukungan dari para penguasa. Kemajuan Spanyol Islam sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa serta mencintai ilmu pengetahuan, juga memberikan dukungan dan penghargaan terhadap para ilmuan dan cendekiawan.
2. Didirikannya sekolah-sekolah dan universitas-universitas di beberapa kota di Spanyol oleh Abd al-Rahman III al-Nasir, dengan universitasnya yang terkenal di Cardova. Serta dibangunnya perpustakaan-perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku yang cukup banyak.
3. Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung Timur sampai ujung Barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan bermacam gagasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya Islam.
4.      Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cardova yang menyaingi Universitas Bizhamiyah di Baghdad yang merupakan persaingan positif tidak selalu dalam bentuk peperangan.
C. Bukti Kemajuan Islam diSpanyol
1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Ketika Islam berjaya di Andalusia, ilmu pengetahuan dan filsafat mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Ketika Islam lahir, sebagai agama pemersatu dan agama peradaban, bangsa Yunani sedang tenggelam dalam kekuasaan pemerintah yang kejam, sedang dunia Islam mulai menyingsingkan fajar kebebasan, terutama bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan oleh penguasa Muslim ketika itu, sehingga para ilmuwan dan filsof kenamaan banyak lahir di dunia Islam, seperti Ibnu Hazm dengan karyanya al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr Muhamad Ibnu Al-Asyik (wafat 1138) yang dikenal Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu Thufael (wafat 1185) yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Hay bin Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M) yang dikenal dengan sebutan Averous, karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.
2. Bidang Geografi dan Sains.
Ilmuwan di bidang geografi lahirlah nama Ibnu Jubair, seorang pengarang buku berjudul “Perlawatan ke negeri-negeri Islam”, Abu Hamid Al-Hazim dan Abu Ubaid Al-Bakry.
Di bidang sains muncullah nama-nama yang ahli di bidang kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia, dan lain-lainnya misalnya Wafid Al-Bakhmi, Khalaf Al-Zahrawi, sebagai ahli di bidang kedokteran dan ilmu fa’al. Abu Qasim al-Zanrawi seorang dokter bedah yang mengarang buku Al-Tasrif setebal 30 jilid, Ibnu Khatimah ahli penyakit Malaria, Abbas Ibnu Farnas ahli Kimia dan Astronomi, ia adalah seorang ilmuwan pertama yang menemukan cara membuat kaca dari batu.
3. Bidang Sejarah dan Sosiologi.
Ilmu sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan bukunya Mukaddimah.

4. Bidang Agama dan Hukum Islam.
Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.
5. Bidang Musik dan Kesenian.
Tokoh yang terkenal pada masa ini di bidang musik dan seni suara adalah Al-hasan bin Nafi’ yang dijuluki Zaryab, ia adalah seorang seniman yang terkenal di zamannya.
6. Bidang Bahasa dan Sastra.
Di bidang bahasa dan sastra, bahas Arab merupakan bahasa administrasi bagi pemerintahan Islam Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan muslim di negeri itu termasuk penduduk asli. Di antara tokoh yang terkenal pada masa itu adalah Ibn Malik pengarang kitab “Alfiyah”, Ibn Khuru, Ibn Al-Haj, dan sebagainya, sedangkan tokoh sastranya antara lain Ibn Abdi Rabah dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.
7. Bidang Pembangunan Fisik.
Pemerintahan Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa lembaga berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.


 BAB III 
PENUTUP


KESIMPULAN

        Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terajhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Setelah islam masuk ke Spanyol selama tujuh abad, ymat Islam berhasil mencapai kejayaan disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
      Banyak kemajuan-kemajuan yang dialami, diantaranya dalam bidang intelektual yaitu: filsafat, sains, fiqh, musik, kesenian, bahasa dan satra. Sedangkan pembangunan-pembangunan secara fisik seperti halnya di Cardova dan Granada.
      Kemajuan Islam di Spanyol  sangat ditentukan oleh adanya penguasa yang kuat dan bijaksana. Selayaknya yang patut kita contoh atas semangat juang yang pantang menyerah sehingga islam di Spanyol dapat bangkit dan berkembang dari keterpurukan.


DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Thomson, Ahmad. 2004. Islam Andalusia Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan.     Jakarta: Gaya Media Pratama.
M. Fa’al, Fahsin. 2008. Sejarah Kekuasaan Islam.Jakarta Barat: CV Artha Rivera.

MAKALAH PSIKOLOGI DALAM LINTASAN SEJARAH GOTTFRIED WILHELM LEIBNITZ



BAB I
PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang
Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an). Tetapi manusia disepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf Yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya.
Filsafat memerlukan data dari ilmu untuk mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jika ahli filsafat manusia hendak menyelidiki manusia,maka harus mengetahui gejala tindakan manusiaSuatu prinsip yang mutlak dalam psikologi,yaitu bahwa tingkah laku merupakan ekspresi dari jiwa(1).Pada saat itu psikologi masih dipengaruhi oleh cara-cara berfikir filsafat dan terpengaruh oleh filsafatnya sendiri, karena para ahli psikologi pada masa itu adalah ahli-ahli filsafat. Dan pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan. Sampai abad pertengahan pun psikologi masih merupakan bagian dari filsafat, sebagai obyeknya terhadap hakikat jiwa.h
Bagi para ilmuwan, filsuf sering kali terlihat mengada-ada, karena ketidakmampuannya menyumbangkan ilmu tertentu. Tetapi para rasionalis abad ke-17 tidak dapat dituduh seperti hal itu.(2)Para tokoh besar rasionalisme yaitu; Descartes, Spinoza, dan Leibniz menggunakan kekuasaan Tuhan untuk menutupi kelemahan system mereka.Tetapi mereka tidak malu melakukannya.Bagi mereka Tuhan lebih pasti  ketimbang realitas dunia eksternal(3).Disini kita akan membahas salah satu dari tokoh tersebut lebih mendalam lagi, yakni Leibniz.
Gottfried Wilhelm Leibniz  adalah seorang jenius universal, seorang pakar dalam hukum, agama, filsafat, kesusastraan, politik, geologi, sejarah dan matematika. Beliau lahir di Leipzig, Jerman. Beliau mendaftar di Universitas Leipzig dan meraih gelar doktor di Universitas Altdorf. Leibniz mencari metode universal dengan mana ia memperoleh pengetahuan dan memahami kesatuan sifat-sifat dasarnya.Leibniz dapat berfikir bukan berdasarkan penjelasan tatanan alam yang terlepas dari Tuhan.


2.      Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dijabarkan rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
A.     Bagaimana Riwayat Hidup Gottfried Wilhelm Leibniz?
B.     Bagaimana Dasar Pemikiran Leibniz?
C.   Bagaimana Keterkaitan Faham Filsafat Rasionalisme dengan Leibniz?

3.      Tujuan Masalah
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah:
A.    Mengetahui Bagaimana Riwayat Hidup Gottfried Wilhelm Leibniz
B.     Mengetahui Bagaimana Dasar Pemikiran Leibniz
C.     Mengetahui Keterkaitan Faham Filsafat Rasionalisme dengan Leibniz

BAB II
PEMBAHASAN



A.      Riwayat Hidup Gottfried Wilhelm Leibniz
1.      Masa kecil
Gottfried W. Leibniz lahir pada tanggal 1 Juli 1646 di Leipzig, Jerman. Putra dari Friedrich Leibniz, seorang professor filsafat moral di Leipzig, Jerman. Friedrich Leibniz berkompeten di bidangnya walaupun pendidikannya tidak tinggi, ia mencurahkan waktu untuk keluarga dan pekerjaannya. Friedrich Leibniz beragama Kristen yang taat.

Ibu Gottfried W. Leibniz, Catharina Schmuck, anak seorang pengacara dan ia adalah istri ketiga Friedrich Leibniz. Ayah Gottfried W. Leibniz meninggal dunia ketika ia berumur 6 tahun dan ia dibesarkan oleh ibunya. Nilai moral dan religius memegang peranan penting dalam kehidupan dan falsafah hidupnya.

Pada usia 7 tahun, Leibniz memasuki sekolah Nicolai di Leipzig. Walaupun ia belajar bahasa Latin di sekolah, namun jauh lebih maju bahasa Latin yang ia pelajari sendiri dan beberapa bahasa Yunani pada usianya yang ke-12 tahun. Leibniz tampaknya telah termotivasi oleh keinginan untuk membaca buku-buku ayahnya. Secara khusus membaca buku metafisika, teologi dan buku-buku dari kedua penulis Katolik dan Protestan
Proyek utama dalam hidupnya adalah merekonsiliasi katolokisme dan protestantisme. Jelas dia menemui kegagalan. Rekonsiliasi itu tidak akan tercipta meski dilakukan oleh orang yang sangat jenius.(1)
Pada tahun 1661, pada usia ke-14 tahun, Leibniz masuk ke Universitas Leipzig. Sebuah usia dini yang luar biasa bagi siapa pun untuk memasuki universitas, menurut standar waktu itu dia cukup muda, tetapi masih ada orang lain yang usianya sama. Pelajaran yang diperoleh Leibniz di Universitas Lepzig diantaranya filsafat dan matematika. Ia lulus dengan gelar Sarjana Muda di tahun 1663 dengan thesis De Principio Individual (Pada Prinsip Individu).

Leibniz tidak puas dengan sistem (filsafat) Aristoteles dan berusaha mengembangkan ide-idenya. Tahun 1661, saat umur 15 tahun (tergolong jenius), dia masuk universitas Leipzig dengan jalur minat hokum(2). Dua tahun kuliah di bidang hukum ternyata tidak menarik hatinya dan waktunya lebih banyak digunakan untuk membaca buku-buku filsafat, meski akhirnya dia lulus dalam bidang hukum pada tahun 1663 sebelum pergi ke Jena.

Di Jena, di bawah bimbingan matematikawan sekaligus filsuf terkemuka, Erhard Weigel, dia mulai memahami pentingnya pembuktian matematika terhadap logika dan filsafat. Weigel percaya bahwa bilangan adalah konsep paling dasar dari alam semesta dan ide-ide ini memberi pengaruh sangat mendalam bagi Leibniz.
Pada tahun 1663 Leibniz pergi ke Jena dan ia bertemu dengan profesor matematika di Jena, Erhard Weigel yang juga seorang filsuf. Melalui Erhard Weigel, Leibniz mulai memahami pentingnya metode bukti untuk mata pelajaran matematika seperti logika dan filsafat(3). E. Weigel percaya bahwa nomor adalah konsep dasar alam semesta dan ide-ide Leibniz memiliki pengaruh yang cukup besar. Leibniz kembali ke Lepzig pada bulan Oktober tahun 1663, yang kemudian ia memulai study menuju gelar Master di bidang hukum. Leibniz dianugerahi gelar Master’s Degree dalam filsafat untuk disertasi yang menggabungkan aspek-aspek belajar filsafat dan hubungan hukum, dalam disertasinya ia menggunakan ide-ide matematika yang ia pelajari dari E. Weigel.
Setelah mendapat gelar Master di bidang hukum, Leibniz bekerja dihabilitasinya pada bidang filsafat. Karyanya akan diterbitkan pada tahun 1666 sebagai Dissertatio de Artc Combinatoria (Disertasi pada Kombinatorial Seni). Dalam karya ini Leibniz bertujuan untuk mengurangi semua penalaran dan penemuan untuk kombinasi dari unsur-unsur dasar seperti angka, huruf, suara dan warna.
Meskipun Leibniz diakui reputasinya dan mendapatkan beasiswa, ia menolak mendapatkan gelar Doktor dalam bidang hukum di Lepzig. Hal ini terjadi karena usianya yang masih muda untuk mendapat gelar Doktor sehingga harus di tunda. Leibniz tidak siap untuk menerima segala penundaan dan ia pergi langsung ke Universitas of Altdorf dimana ia menerima gelar Doktor dalam bidang hukum di bulan Februari tahun 1667, untuk disertasinya De Casibus Perplexis (Membingungkan Kasus)

2.      Pertemuan dengan Huygens
Bukan hanya Erhard Wiegel yang memberi pengaruh agar Leibniz menekuni matematika. Peran Christiaan Huygen ternyata jauh lebih besar setelah mereka bertemu pada saat Leibniz berumur 26 tahun di Paris. Pertemuan mereka berdua dapat dikatakan tidak disengaja. Di sela-sela waktu pada saat kunjungan diplomatik dan urusan lain, mereka bertemu. Mereka saling berbicara tentang minat masing-masing. Huygens asalnya adalah seorang fisikawan, tapi karya-karya terbaiknya justru terkait dengan horologi (ilmu tentang pengukuran waktu), sebagai peneliti tentang gerakan cahaya, sekaligus seorang matematikawan. Huygens memberi Leibniz makalahnya tentang “kerja” matematika pada pendulum kepada Leibniz. Melihat “kehebatan” kekuatan matematika, Leibniz memohon agar Huygens bersedia mengajarinya matematika. Setelah melihat besarnya kemauan dan kejeniusan Leibniz, dengan senang hati Huygens bersedia.(4)
Untuk memberi impresi kepada Huygens, Leibnez memamerkan hasil-hasil penemuannya. Salah satu yang disebutkan adalah mesin penghitung yang dikatakannya jauh lebih hebat dibanding buatan Pascal, yang hanya dapat menangani tambah dan kurang; sedangkan mesin buatan Leibniz dapat menangani perkalian, pembagian dan menghitung akar bilangan. Di bawah bimbingan Huygens, dengan cepat Leibniz menemukan jati dirinya. Dia lahir sebagai seorang matematikawan. “Pelajaran” dari Huygens sempat tertunda beberapa bulan saat Leibniz harus bertugas di London sebagai Atase. Ketika di London, Leibniz bertemu dengan para matematikawan Inggris sambil memamerkan hasil-hasil karyanya. Seorang teman, matematikawan Inggris memperlihatkan hiperbola Mercator kepadanya, salah satu bukti mengapa Newton juga menemukan kalkulus, dimana kemudian hal ini memicu dirinya untuk menemukan kalkulus.

Suatu saat, dalam kunjungan ke London, Leibniz menghadiri pertemuan dengan Royal Society, dimana dia menunjukkan kerja mesin hitung penemuannya. Penemuan dan hasil karyanya itu membuat Leibniz diangkat sebagai anggota Royal Society berwarganagara asing (bukan orang Inggris) sebelum dia pulang ke Paris pada tahun 1673. Tidak lama kemudian, Leibniz dan Newton pada saat hampir bersamaan diangkat menjadi anggota Akademi Sains Perancis berwarganegaraan asing. Merasa puas dengan prestasi yang diraih Leibniz, Huygens menyuruh anak didiknya ini terus menekuni matematika. Dalam perpisahan dengan Huygens di Paris, guna kembali ke Hanover, Leibniz berjanji akan menggunakan waktu senggangnya untuk menekuni matematika. Tahun 1676, Leibniz mengabdikan dirinya pada Duke Brunswick-Luneburg. Newton dan Leibniz, keduanya mengaku sebagai penemu kalkulus.
3.      Leibniz versus Newton
Newton memulai ide tentang kalkulus pada tahun 1660-an, tetapi karya-karya tersebut tidak diterbitkan selama hampir 20 tahun. Tidak ada yang mengetahui secara jelas, apakah Leibniz pada usia 33 tahun menemukan karya-karya “terpendam” Newton pada saat melakukan kunjungan ke London, karena pada saat itu pula dia sedang mengembangkan kalkulus, meski dengan versi sedikit berbeda dari versi Newton, di mana temuan ini selalu diperdebatkan orang. Keduanya memang pernah saling berkirim surat pada tahun 1670-an, sehingga sulit ditentukan siapa mempengaruhi siapa. Teori yang mereka kemukakan memberikan hasil akhir yang sama, namun notasi dan falsafah dasarnya – sangatlah berbeda. Newton mengirim surat ke Leibniz yang memakan waktu lama untuk sampai di tangan Leibniz. Surat ini berisikan hasil yang diperoleh Newton tanpa disertai penjelasan cara dan metode memperolehnya. Leibniz segera membalas surat tersebut, tapi Newton tidak menyadari bahwa suratnya baru diterima Leibniz, dan diperlukan waktu 6 minggu untuk membalasnya. Balasan surat Leibniz ini menyadarkan Newton bahwa dia harus menerbitkan metode perhitungan secepat mungkin.

Newton menulis surat kedua pada tahun 1676, tetapi surat itu baru diterima Leibniz pada Juni 1677 karena Leibniz sedang berada di Hanover. Surat kedua ditulis Newton dengan nada lebih “sopan” yang menyebutkan bahwa bukan Leibniz yang mencari metode kalkulus. Jawaban surat Leibniz berisikan prinsip-prinsip dasar dan terperinci tentang diferensial kalkulus versinya, termasuk melakukan diferensial fungsi atas suatu fungsi.

4.      Mesin penghitung Leibniz
Tahun 1667, Leibniz tinggal di Frankfurt, bekerja pada Boineburg yang menjabat sebagai Sekretaris masyarakat alkimia Nurenburg. Di sini, selama bertahun-tahun, Leibniz terlibat dengan berbagai poyek yang terkait dengan sains maupun politik. Leibniz memulai membuat mesin penghitung, dimana pada tahun 1673 ditemani keponakan Boineburg, dihadapan Royal Society (Inggris), guna mendemontrasikan mesin penghitung yang belum selesai. Mesin penghitung versi Leibniz merupakan penyempurnaan dari mesin penghitung ciptaan Pascal. Blaise Pascal menemukan mesin penjumlah pada tahun 1642 dan pada tahun 1673, Leibniz menemukan mesin yang dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian.(5)

Tahun 1678 – 1679, dia terlibat proyek pengeringan air yang mengenangi pertambangan di gunung Harz dengan menggunakan tenaga angin dan tenaga air untuk mengoperasikan pompa. Proyek ini gagal karena kekuatiran para pekerjanya, bahwa mesin-mesin ini mampu menggantikan pekerjaan mereka. Disiplin ilmu geologi pertama kali muncul, yaitu saat Leibniz merangkum hasil kompilasi atas pengamatannya di gunung Harz. Dia juga mengemukakan hipotesis-hipotesis bahwa bumi terbentuk dari materi yang awalnya berbentuk cairan.

5.      Karir Leibniz
Pengabdian Leibniz kepada keluarga Brunswick hampir sepanjang 40 tahun dari kehidupannya. Leibniz mengabdikan dirinya ke dalam tiga profesi utama: pustakawan, ahli sejarah dan orang pintar yang menjadi penasihat. Kiprah Leibniz sebagai ahli sejarah adalah melakukan riset sejarah. Pekerjaan ini membuat dia sering berkeliling Jerman, Austria bahkan sampai Italia pada kurun waktu 1687 – 1690.
Saat mengunjungi Vatican, Leibniz ditawari Paus untuk menjadi pustakawan Vatican. Tawaran ini ditolak karena mengharuskan Leibniz memeluk agama Katholik, sehingga harus “mengingkari” karakteristik universal yang diyakininya. Keinginannya untuk menyatukan kembali Protestan dan Katholik adalah sebuah proyek besar baginya. Rekonsiliasi kedua agama yang ditempatkan pada konferensi di Hanover tahun 1683 gagal karena keinginan masing-masing agama untuk menguasai satu atas lainnya.(6)

Catatan kompetensi utama Leibniz sulit dipahami orang. Ilmu ekonomi, philology (ilmu tentang sejarah bahasa atau studi perpustakaan), hukum internasional (Liebniz adalah perintis bidang ini), menentukan pertambangan sebagai industri penggerak perekonomian Jerman, membangun pusat-pusat pendidikan, semuanya adalah minat-minat Leibniz.
6.      Sumbangsih Leibniz
Kalkulus tidak akan sempurna apabila tidak ada kiprah Leibniz. Minat Leibniz yang sangat beragam ternyata membuka cakrawala baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan atau memunculkan disiplin ilmu baru. Hukum internasional, sistem bilangan berbasis dua (binary), dan geologi adalah disiplin ilmu hasil cetusan dari Leibniz. Belum lagi karya mesin hitung yang merupakan penyempurnaan buatan Blaise Pascal yang mampu membuat orang zaman itu berdecak kagum.



B.      Dasar Pemikiran Leibniz

1.      Sekelumit  pemikiran Leibniz
Jika ditengok dari kaca mata pemikiran aufklarung, renungan-renungan Leibniz seperti tak ada artinya dan sedikit agak tak rasional. Biarpun demikian, Leibniz patut dihargai sebagai pionir filsafat di zamannya yang memang belum terlalu maju dalam berpikir jika ditimbang dengan out pun pemikiran aufklarung. Patut dihargai sebaba orang-orang seperti Leibniz-lah yang meletakkan batu pondasi, baik itu pemikiran aufklarung atau pun selepasnya.
Sebelum beranjak jauh menggapai pemikiran Leibniz, ada baiknya memperhatikan li tesis dasar system pemikiran Leibniz:
a)      Alam semesta itu sepenuhnya rasional
b)      Setiap bagian elementer alam semesta berdiri sendiri
c)      Ada harmoni yang dikehendaki Allah di antara segala hal di alam semesta ini
d)     Dunia ini secara kuantitatif dan kualitatif tak terbatas
e)      Alam dapat dijelaskan secara mekanistis sepenuhnya


3.Tentang Monad
Metafisikanya adalah idea tentang subtansi yang dikembangkan dalam konsep monad(7).  Bagi Spinoza,alam semesta ini mekanistis dan keseluruhannya bergantung pada sebab, sementara subtansi pada Leibniz adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat Leibniz ialah “ prinsip akal yang mencukupi”, yang secara sederhana dapat dirumuskan “ sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan juga harus mempunyai alas an untuk setiap yang diciptakan-Nya. Kita lihat bahwa prinsip ini menuntun filsafat Leibniz.
Sementara Spinoza  berpendapat bahwa hanya ada satu substansi, Leibniz berpendapat bahwa substansi itu banyak. Ia menyebut substansi-substansi itu monad. Setiap monad  berbeda satu dengan yang lain, dan Tuhan(sesuatu yang super monad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah pencipta monad-monad  itu.
Karya Leibniz mengenai ini monad) diberi judul Monadology(study tentang monad).Dalam  monadologie, Leibniz menuliskan bahwa substansi itu, berbeda dengan Spinoza, tak tunggal, tapi jamak. Leibniz menyebut substansi yang jamak itu sebagai monad. Arti etimologisnya satu unit. Monad itu adalah sebutan substansi terkecil dalam metafisika yang cukup diri dan terisoloasi-berpisah diri; yang tak saling berinteraksi dengan substansi-substansi kecil lainnya. Dalam matemtika substansi itu disebut titik, sedang dalam fisika dinamakan atom. Substansi itu bukan benda jasmaniah, ia murni spiritual-mental. Karena itu, monad tak berkeluasan. Ia semacam daya purba (force primitives), kata leibniz. Sebab monad merupakan kesadaran tertutup yang cukup diri, budi hardiman menyejajarkannya dengan cogito-nya Descartes. Dalam memandang sesuatu, tiap monad memiliki sudut pandangnya sendiri.
 Monad tidak mempunyai kualitas, karena mestinya mereka tidak akan pernah ada(8). Dan jika substansi sederhan tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya, tidak berarti kita tidak dapat membayangkan perubahan padanya. Apapun yang tergabung dalam suatu susunan(composite) dapat dikenai rusak hanya melalui unsure sederhana dan monad itu. Sekalipun mereka itu tanpa kualitas, sekalipun kuantitasnya tidak dapat dibedakan, tetap saja dapat dibedakan satu dari lainnya.
4.      Problem pengenalan
Pemaparan laibniz tentang monad yang terisolasi dan tak saling berinteraksi antar satu dengan lainnya menyisakan persoalan.pengenalan antara dua monad dapat dilangsungkan. Kuncinya ada pada un miroir vivant l’universe, monad sebagai cermin hidup alam semesta, monad yang satu, dari sudut pandangnya sendiri merupakan cermin monad-monad yang lainnya. Ringkasnya, dalam diri sebuah monad, dapat terbayang bagaimananya monad yang lain tanpa terjadi interaksi. Dalam argumentasi pengenalan ini, tampak bagaimana tak rasionalnya nomad Leibniz ini.
5.      Harmonie preetablie
Leibniz memasukkan Allah sebagai subjek yang menghadirkan harmonie preetablie (keselarasan [kausalitas antar monad] yang ditetapkan sebelumnya). Diakui atau tidak, penjelasan harmonie preetable ini, metodologi berpikirnya seakan melompat, tiba-tiba sampai pada suatu hilir berpikir yang tak diduga-duga.
Leibniz memberi jawaban kenapa air yang diletakkan di atas api bisa panas dengan fundamen berpikir harmonie preetablie tersebut. Air itu panas bukan karena api. Panasnya air disebabkan kebersesuaian-keselarasan-keharmonisan antara monad air, api, dan panas. Antara air dan api tak ada interaksi. Jika dalam pengindaraan  kita dapat mengamati interaksi itu, sesungguhnya interaksi tersebut semata ilusi. Demikian pula halnya dengan hubungan timbale-balik dan atau kausalitas
Allah sebagai urmonade (monad purba) atau actus purusKemudian, jika yang menyelaraskan antar monad itu disebut allah, Penjelasannya berangkat dari pembedaan antara manusia dengan hewan dan makhluk lainnya.
Manusia, menurut Leibniz, berbeda dengan hewan.  Monad hewan hanya mencerminkan alam semesta; cermin hidup alam semesta. Sementara itu, monad manusia selain mencerminkan alam semesta juga mencerminkan allah; sadar akan keberadaan tuhan.
Empat bukti yang Leibniz kemukakan dari postulatnya mirip dengan argumen ontologis Descartes sewaktu menjelaskan eksistensi tuhan. Budi Hardiman menuliskannya dengan sederhana,
Pertama, dia mengatakan bahwa manusia memiliki ide kesempurnaan, maka adanya Allah terbukti. Bukti ini disebut bukti ontologis.
 Kedua, dia berpendapat bahwa adanya alam semesta dan ketidaklengkapannya membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang transenden ini disebut Allah.
Ketiga, dia berpendapat bahwa kita selalu ingin mencapai kebenaran abadi, dan bahwa kebenaran itu tidak bisa dihasilkan manusia menunjukkan adanya pikiran abadi, yaitu Allah.
Keempat, Leibniz mengatakan bahwa adanya  keselarasan di antara monad-monad membuktikan bahwa pada awal mula ada yang mencocokkan mereka satu sama lain. Yang mencocokkan itu adalah Allah.
Menurut Leibniz “Dunia seperti adanya, tidak mungkin menjadi lebih baik dari keadaannya sekarang. Hal itu disebabkan kebijakan, kebaikan kemahakuasaan Tuhan telah mengharuskan Dia untuk menciptakan dunia ini sebagai yang terbaik dari antara semua dunia yang mungkin dicipta.(9)
C.      Keterkaitan Faham Filsafat Rasionalisme dengan Leibniz
Leibniz dianggap sebagai orang yang memelopori study psikologi di Jerman. Ia adalah seorang ahli matematika yang juga mempelajari badan dan jiwa.Hubungan badan dan jiwa dikatakannya sebagai bersifat parallel. Badan dan jiwa masing-masing berjalan sendiri-sendiri tetapi keduanya tunduk pada hokum-hukum yang serupa(10). Hubungan seperti ini diberi nama Psychophysical parallelism, yang berbeda dari pada pandangan Rene Descartes yang beranggapan bahwa badan dan jiwa merupakan hubungan sebab akibat( interaksionisme)
Setelah 28 tahun perseteruan antara kubu katholik dan protestan di jerman, Leibniz dilahirkan di Leipzig. Artinya, dua tahun sebelum perseteruan tersebut usai. Rupanya perseturuan dua sekte Kristen itu terlalu membekas di kalbunya sampai-sampai memengaruhi kecenderungan intelektualnya kemduian hari: menyelaraskan ajaran protestan dan katholik. Kecenderungan intelaktualnya yang lain adalah, sebagaimana menjadi kecenderungan Aquinas, memadukan iman dan ilmu.
Leibniz dikenal sebagai seorang pemuka agama yang doctor universalis: Pemikirannya dan keahliannya lintas disiplin, dari yang pure science hingga applied science. Siapa sangka bahwa Leibniz-lah yang pertama kali menemukan kalkulasi binari juga kalkulator yang beroperasi dengan system kalkulasi binari tersebut; pertama kali menemukan lapisan tak sadar manusia dalam ilmu psikologi jauh sebelum freud memublikasikan teori psikoanalisisnya; pertama kali menyerukan hukum kekekalan energi dalam fisika.
Tentang kecerdasan Leibniz, banyak sanjungan para sejarawan yang tertuju pada hal itu. Koerster malah mengutip tulisan Leibniz yang bagi awam mengagumkan. “Saat terjaga,” tulis Leibniz, “aku telah memiliki banyak ilham, sehingga tidak cukup menulis semuanya dalam sehari”. Kisahnya tak jauh berbeda dengan kisah imam syafi’I yang mampu memecahkan 40 problem fiqihiyah dalam tidurnya semalaman. Bukti kecerdasan leibniz lainnya, pada 1666, ketika usianya baru 20 tahun, ia telah mendapat gelar doctor.

Pada bagian ini dibicarakan pemikiran pokok Descartes, Spinoza, dan Leibniz.Mereka adalah tokoh besar dalam filsafat Rasionalisme. Seperti yang kita ketahui Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal(reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahun(11). Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat dalam berfikir itu ialah kaidah-kaidah logis(logoka).
Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme.(12)
Pada abad ke-17, intuisi yang paling benar tampaknya adalah eksistensi Tuhan. Kita tidak menghubungkan Rasionalisme dengan suatu kepercayaan bahwa Eksistensi Tuhan sudah sangat jelas. Tetapi lain halnya dengan Descartes, Spinoza dan Leibniz. Mereka menggunakan kekuasaaan Tuhan untuk menutupi kelemahan system mereka. Tetapi mereka sama sekali tidak malu melakukannya. Tuhan tampaknya lebih pasti bagi mereka ketimbang realitas dunia eksternal.
Mereka merasa bahwa untuk benar-bear menggunakan akal budi, anda harus menetapkan titik awal. Anda tidak dapat menemukan kepastian jika anda mengawalinya dari sebuah asumsi; dan kepastian adalah apa yang mereka cari – yakni semacam kepastian yang agaknya dimiliki oleh matematika. “Bukti” mereka akan eksistensi Tuhan sama dengan menunjukkan bahwa ia tidak dapat disangkal tanpa kontradiksi. Descartes misalnya, tidak membuktikan eksistensi Tuhan dari eksistensi dunia; ia menjungkirkan bukti tradisional yang terkenal yang berpandangan bahwa kita merasa pasti bahwa dunia ada karena Tuhan tidak dapat menipu kita. Menyebutkan tentang Tuhan dan dunia luar adalah yang disebut sebagai maya.
Leibniz dapat berpikir bukan berdasarkan penjelasan tatanan alam yang terlepas dari Tuhan. Dengan demikian, doktrinnya tentang Harmoni yang telah ditetapkan terlebih dahulu berasal dari Monade. Bagi Spinoza, Tuhan dengan sendirinya merupakan nama lain dari alam semesta, dengan demikian eksistensi Tuhan tidak dapat diragukan. Kita sebagai aspek dari dunia, yang menyatakan adanya substansi tunggal, menjadi sadar tentang akal budi dan tatanan yang telah kita bicarakan. Dan kita menjadi sadar tentang hal-hal yang mendasari akal budi, yang sesungguhnya merupakan sifat dasar kita sendiri, karena eksistensi atasnya, akal budi tidak dapat  menjelaskannya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Leibniz lahir di kota Leipzig, Sachsen pada tahun 1646. Orang tuanya, terutama ayahnya Friedrich Leibniz sudah sejak awal membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap masalah-masalah yuridis dan falsafi. Ayahnya merupakan seorang ahli hukum dan profesor dalam bidang etika dan ibunya adalah putri seorang ahli hukum pula. Gottfried Leibniz telah belajar bahasa Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun berkat kumpulan buku-buku ayahnya yang luas. Pada usia 12 tahun ia telah mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol matematika.Pada tahun 1661 Leibniz mendaftarkan diri di Universitas Leipzig dan kuliah filsafat pada ahli teologi Johann Adam Schertzer dan teoretikus filsafat Jakob Thomasius. Pada tahun 1663 ia berubah universitas, sekarang di Universitas Jena untuk belajar lebih lanjut di bawah ahli matematika, fisika dan astronomi Erhard Wiegel untuk membedah pemikiran Pythagoras. Dengan usia 20 tahun ia ingin promosi dalam bidang doktor hukum, namun para profesor Leipzig menganggapnya terlalu muda. Leibniz maka pergi ke Nürnberg, untuk belajar lebih lanjut di Universitas Altdorf..Leibniz lahir di Leipzig dan meninggal dunia di Hannover.
Pikiran Leibniz makin terbuka (berkembang) setelah lebih dari 25 tahun berkecimpung dalam lautan filsafat. Tidaklah mengherankan bagi para pembaca dan pemerhati kiprahnya, apabila mendengar bahwa Leibniz mencetuskan teori monads (substansi dasar individu merefleksikan tatanan jagat raya – replika miniatur dari jagat raya) menyatakan tentang segalanya dalam alam semesta ini ada dalam suatu tatanan.Psikologi Leibniz menyatakan bahwa hubungan badan dan jiwa bersifat parallel, dalam artian keduanya berdiri sendiri namun tunduk terhadap hukum atau dasar yang sama.
Metafisikanya adalah idea tentang subtansi yang dikembangkan dalam konsep monad.Teorinya disebut  Monadologi. Monade merupakan  unsur dari segala hidup, hidup adalah  aktifitas Sifat monade perkembangan  kesadaran.Ciri monade:  tidak dapat musnah, tidak dapat diciptakan, tidak dapat diubah (13).Monade satu dengan monade lain tidak dapat saling mempengaruhi (kritik terhadap pandangan  Leibniz).
Leibniz menunjukan bahwa seluruh alam semesta dan segala sesuatu tersusun dari monad-monad.Monad-monad itu seperti sebuah persilangan antara berbagai atom dan jiwa seperti halnya sel-sel yang membentuk tubuh kita.Tubuh benar-benar terbuat dari jutaan monad, tetapi jiwa hanya satu monad. Demikian juga, Tuhan adalah satu monad yang paling agung dari semua.(14)

Saran
Sekian makalah ini ditulis. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kontemplasi Leibniz  “yang menekankan eksistensi Allah” yang sangat bernilai relevan di kala banyak umat manusia alpa terhadap kehadiran tuhannya yang sedemikian dekat, lebih dekat dari urat lehernya sendiri. Dan Leibniz, dalam renungan puncaknya menyatakan monad manusia merupakan cerminan hidup alam semesta juga cerminan eksistensi tuhan. Bisa dibilang dengan bahasa yang berbeda, dalam diri manusia terdapat setitik cahaya ketuhanan.(15)
Dalam makalah yang sedikit ini tentunya banyak kekurangan yang ada untuk memahami tentang Luibniz, untuk itu bagi para penikmat makalah ini untuk lebih memperkaya pemahaman dengan membaca referensi-referensi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

http:// donnaningrum.blogspot. com/2009/12/gotfried-wilhelm-von-leibniz.html
http://splashurl.com/kzc6o2z
http://splashurl.com/m78xknk
Wardiana, Uswah. 2004. Psikologi Umum.Jakarta: PT Bina Ilmu.
Hawton, Hector. 2003. Filsafat yang Menghibur. Yogyakarta: Teralitera.
Boeree, C. Goerge. 2007. Sejarah psikologi. Yogyakarta: Prismasophie.
Dirgagunarsa, Singgih. 1975. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Tafsir, Ahmad. 2005. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.