Pages

Friday, November 8, 2013

MAKALAH SEJARAH PERADAPAN ISLAM



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Asal mula Bani  Umayyah
Bani Umayyah diambil dari nama Umayyah, kakeknya Abu Sofyan bin Harb, atau moyangnya Muawiyah bin Abi Sofyan. Umayyah hidup pada masa sebelum Islam, ia termasuk bangsa Quraisy. Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dengan pusat pemerintahannya di Damaskus dan berlangsung selama 90 tahun (41 –132 H / 661 – 750 M).
Muawiyah bin Abi Sufyan sudha terkenal siasat dan tipu muslihatnya yang licik, dia adalah kepala angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut, dan iapernah dijadikan sebagai amir “Al-Bahar”. Ia mempunyai sifat panjang akal,cerdik cendekia lagi bijaksana, luas ilmu dan siasatnya terutama dalam urusan dunia, ia juga pandai mengatur pekerjaan dan ahli hikmah.
Muawiyah bin Abi Sufyan dalm membangun Daulah Bani Umayyah menggunakan politik tipu daya, meskipun pekerjaan itu bertentangan dengan ajaran Islam. Ia tidak gentar melakukan kejahatan. Pembunuhan adalah cara biasa,asal maksud dan tujuannya tercapai.[1]
Daulah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah diperintah oleh 14 orang kholifah. Namun diantara kholifah-kholifah tersebut, yang paling menonjol adalah : Kholifah Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hisyam bin Abdul Malik. [2]
B.   Peta Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan Bani Umayyah
Dalam upaya perluasan daerah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, Muawiyah selalu mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya untuk merebut kekuasaan di luar Jazirah Arab, antara lain upayanya untuk terus merebut kota Konstantinopel. Ada tiga hal yang menyebabakan Muawiyah terus berusaha merebut Byzantium. Pertama, karena kota tersebut adalah merupakan basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering melakukan pemberontakan ke daerah Islam. Ketgia, Byzantium termasuk wilayah yang memiliki kekayaan yang melimpah.
Pada waktu Bani Umayyah berkuasa, daerah Islam membentang ke berbagai negara yang berada di benua Asia dan Eropa. Dinasti Umayyah, juga terus memperluas peta kekuasannya ke daerah Afrika Utara pada masa Kholifah Walid bin Abdul Malik , dengan mengutus panglimanya Musa bin Nushair yang kemudian ia diangkat sebagai gubernurnya. Musa juga mengutus Thariq bin Ziyad untuk merebut daerah Andalusia.
Keberhasilan Thariq memasuki Andalusia, membuta peta perjalanan sejarah baru bagi kekuasaan Islam. Sebab, satu persatu wilayah yang dilewati Thariq dapat dengan mudah ditaklukan, seperti kota Cordova, Granada dan Toledo. Sehingga, Islam dapat tersebar dan menjadi agama panutan bagi penduduknya. Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah agama yang mampu memberikan motifasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan social, politik, ekonomi, budaya dan sebaginya. Andalusia pun mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Islam.[3]

C. Kemajuan dan Keunggulan Bani Umayyah
Dimasa Bani Umayyah ini, kebudayaan mengalami perkembangan dari pada masa sebelumnya. Di antara kebudayaan Islam yang mengalami perkembangan pada masaini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir, dansebaginya.
Pada masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat Islam dengan mengambil pola Romawi, Persia dan Arab. Contohnya adalah bangunan masjid Damaskus yang dibangun pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik, dan juga masjid Agung Cordova yang terbuat dari batu pualam.[4]
 Seni sastra berkembang dengan pesatnya, hingga mampu menerobos ke dalam jiwa manusia dan berkedudukan tinggi di dalam masyarakat dan negara. Sehingga syair yang muncul senantiasa sering menonjol dari sastranya, disamping isinya yang bermutu tinggi.
Dalam seni suara yang berkembang adalah seni baca Al-Qur’an, qasidah, music dan lagu-lagu yang bernafaskan cinta. Sehingga pada saat itu bermunculan seniman dan qori’/ qori’ah ternama.
Perkembangan seni ukir yang paling menonjol adalah penggunaan khot Arab sebagai moti fukiran atau pahatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dinding masjid dan tembok-tembok istana yang diukur dengan khat Arab. Salah satunya yang masih tertinggal adalah ukiran dinding Qushair Amrah (Istana Mungil Amrah), istana musim panas di daerah pegunungan yang terletak lebih kurang 50 mil sebelah Timur Amman.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, sejarah, dan lain-lain.[5]
Pada ini juga, politik telah mengaami kamajuan dan perubahan, sehingga lebih teratur dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan), dibentuknya Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan), Organisasi Keuangan, Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata UsahaNegara.[6]
Kekuatan militer pada masa Bani Umayyah jauh lebh berkembang dari masa sebelumnya, sebab diberlakukan Undang-Undang Wajib Militer (Nizhamut TajnidilIjbary). Sedangkan pada masa sebelumnya, yakni masa Khulafaurrasyidin, tentara adalah merupakan pasukan sukarela. Politik ketentaraan Bani Umayyah adalah politik Arab, dimana tentara harus dari orang Arab sendiri atau dari unsure Arab.
Pada masa ini juga, telah dibangun Armada Islam yang hampir sempurna hingga mencapai17.000 kapal yang dengan mudah dapat menaklukan Pulau Rhodus dengan panglimanya Laksamana Aqabah bin Amir. Disamping itu Muawiyah juga telah membentuk “ArmadaMusin Panas dan Armada Musim Dingin”, sehingga memungkinkannya untuk bertempur dalam segala musim.
Dalam bidang social budaya, kholifah pada masa Bani Umayyah juga telah banyak memberikan kontribusi yang cukup besar. Yakni, dengan dibangunnya rumah sakit (mustasyfayat) di setiap kota yang pertama oleh Kholifah Walid bin Abdul Malik. Saat itu juga dibangun rumah singgah bagi anak-anak yatim piatu yang ditinggal oleh orang tua mereka akibat perang. Bahkan orang tua yang sudah tidak mampu pun dipelihara dirumah-rumah tersebut. Sehingga usaha-usaha tersebut menimbulkan simpati yang cukup tinggi dari kalangan non-Islam, yang pada akhirnya mereka berbondong-bondong memeluk Islam.[7]
D.   Kejayaan Islam Pada Masa Bani Umayyah
Sepeninggal kholifah Ali bin Abi Tholib (656-661), sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak dan Iran memilih dan mengangkat Hasan bin Ali. Beliau memerintah + 3bulan, setelah itu jabatannya dialihkan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, karena beliau menyadari kelemahan dan kekurangan dalam kepemimpinannya, dia berfikir Muawiyah yang lebih cocok untuk memimpin Umat Islam.
Pada tahun 661 M, terjadilah perpindahan kekuasaan dari Hasan kepada Muawiyah. Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kuffah, kemudian dikenal dalam sejarah Islam dengan istilah “Amul Jama’ah”.[8] Perpindahan kekuasaan kepada Muawiyah ibn Sufyan telah mengakgiri bentuk pemerintahan yang demokratis. Kekholifahan ini menjadi semacam monarchi absolut. Dan kekholifahan ini bertahan + sampai 90 tahun, dimulai dari tahun 661 – 750 M. Selama masa pemerintantahan bani Umayyah telah berkuasa sebanyak 14 khalifah dandiantara khalifah yang berhasil dalam menjalankan roda pemerintahan adalah ;
1.  Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H /661-680 M)
Muawiyah dilahirkan + 15 tahun sebelum hijriyah dan masuk Islam pada hari penaklukan Mekah. Beliau diangkat langsung oleh Rasulullah sebagai anggota sidang penulis wahyu yang bertujuan agar Muawiyah lebih akrab dan Islam ini benar-benar tertanam dalam hatinya.
Dalam perjalanan sejarah hidupnya, kemudian dia diangkat sebagai Gubernur Damaskus,dari sini karir politiknya dilakukan secara perlahan, yang kemudian mengantarkannya ke puncak kekuasaan. Diantara yang dilakukan adalah perluasan wilayah dan berusaha menaklukkan beberapa daerah kekuasaan Byzantium dan Persia.
2.  Kholifah Abdul Malik ibn Marwan (65-86 H / 685-705 M)
Beliau terkenal karena banyak jasanya dalam menciptakan keamanan di semua wilayah Islam. Setelah keamanan menjadi stabil, maka ia berusaha melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat, antara lain :
a. Membentuk mahkamah agung
b. Penggantian bahasa resmi
c. Penggantian mata uang dan lain-lain
3.  Kholifah Walid ibn Abdul Malik(86-96 H / 705-715 M)
Pada masa pemerintahan beliau adalah masa-masa keemasan daulat bani Umayyah, karenadi samping wilayah Islam luas, kemajuan dalam bidang sosial dan budaya.
4.  Kholifah Umar bin Abdul Azis (99-101H / 717-720 M)
Beliau di kenal dengan keadilannya menjalankan pemerintahannya. Ia lebih mementingkan agama dari pada politik, lebih mementingkan persatuan umat. Beliau dalam menyebarkan Islam dilakukan dengan cara mengirimkan para muballigh ke India, Turki dan Barbar (Afrika).
5.  Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H /724-743 M)
Beliau adalah termasuk orang yang cakap, sehingga masa pemerintahannya mengalami kemajuan yang amat pesat.
Adapun wilayah kekuasaan Islam pada masa kejayaan Bani Umayyah adalah memperluas wilayah kekuasaan Islam ke Afrika Utara, ke barat sampai ke Maroko, dan ke utara menyeberangi laut tengah. Kemudian pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik ini berusaha memperluas wilayah ke daerah timur, ke benua Afrika dan Spanyol.[9]
E.  Keruntuhan Bani Umayyah
Bani Umayyah mengalami keruntuhan oleh banyak hal, diantaranya adalah terbaginya kekuasaan Daulah Bani Umayyah ke dalam dua wilayah. Kholifah Marwan binMuhammad berkuasa di wilayah Semenanjung Tanah Arab, dan Kholifah Yazid binUmar berkuasa di wilayah Wasit. Namun yang paling kuat di antara kedua wilayah tersebut adalah yang berpusat di Semenanjung Tanah Arab. Sehingga para pendiri kerajaan Daulah Bani Abbasiyah terus menerus mengatur strateginya untuk menumbangkan Kholifah Marwan dengan cara apapun, termasuk menghabisi nyawanya.









BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah tersebut, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Diantara faktor-faktor yang membawa Daulah Bani Umayyah mengalami kemunduran adalah sebagai berikut:
  1. Munculnya fanatisme kesukuan dalam suku-suku bangsa Arab
  2. Kuatnya pengaruh fanatisme golongan (Arabisme) yang memicu munculnya kecemburuan sosial di kalangan non Arab (Mawali)
  3. Adanya perebutan kekuasaan di dalam keluarga besar Bani Umayyah
  4. Larutnya beberapa penguasa (khalifah) dalam limpahan harta dan kekuasaan
2.    Adapun faktor-faktor yang membawa Daulah Bani Umayyah ke gerbang kehancuran adalah sebagai berikut:
  1. Tidak adanya sistem pergantian pemerintah (khalifah) yang baku yang bias dijadikan patokan dalam pergantian khalifah
  2. Kuatnya gerakan oposisi dari kaum Syi`ah dan Khawarij
  3. Perselisihan dan pertentangan etnis antara suku Arab yang mengakibatkan para penguasa mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan
  4. Sikap hidup yang mewah di lingkungan keluarga Bani Umayyah
  5. Perhatian penguasa Bani Umayyah terhadap perkembangan agama sangat kurang
  6. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori  oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd.Al-Muthalib dan didukung oleh Bani Hasyim, kaum Syi`ah dan kaum Mawali.

DAFTAR PUSTAKA

Chatibul Umam, Prof, Dr. Abidin Nawawi, Drs, SejarahKebudayaan Islam MTs, Menara Kudus, Semarang, 1995
Murodi, Drs, Sejarah Kebudayaan Islam MA, Karya Toha Putra,Semarang, 2003
“Sejarah Peradaban Islam”, Harun Nasution




[1] ChatibulUmam, Abidin Nawawi, Sejarah Kebudayaan Islam MTs, Karya Toha Putra, Hal11
[2] Ibid, Hal17
[3] Murodi, SejarahKebudayaan Islam MA, Karya Toha Putra, Hal 41
[4] Ibid, hal43

[5] Ibid, hal44
[6] ChatibulUmam, Abidin Nawawi, Sejarah Kebudayaan Islam MTs, Karya Toha Putra, Hal39
[7] Ibid, hal44
[8]Sejarah Peradaban Islam”, Harun Nasution

[9] Diambil dari buku “Sejarah Kebudayaan Islam Kurikulum/GBPP 1994”, Drs.Muradi, oleh Thoha Putra Semarang.

No comments:

Post a Comment