BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal mula Bani Umayyah
Bani Umayyah diambil dari nama Umayyah, kakeknya Abu Sofyan
bin Harb, atau moyangnya Muawiyah bin Abi Sofyan. Umayyah hidup pada masa
sebelum Islam, ia termasuk bangsa Quraisy. Daulah Bani Umayyah didirikan oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan dengan pusat pemerintahannya di Damaskus dan
berlangsung selama 90 tahun (41 –132 H / 661 – 750 M).
Muawiyah bin
Abi Sufyan sudha terkenal siasat dan tipu muslihatnya yang licik, dia adalah
kepala angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut, dan iapernah dijadikan
sebagai amir “Al-Bahar”. Ia mempunyai sifat panjang akal,cerdik cendekia lagi
bijaksana, luas ilmu dan siasatnya terutama dalam urusan dunia, ia juga pandai
mengatur pekerjaan dan ahli hikmah.
Muawiyah bin
Abi Sufyan dalm membangun Daulah Bani Umayyah menggunakan politik tipu daya,
meskipun pekerjaan itu bertentangan dengan ajaran Islam. Ia tidak gentar melakukan
kejahatan. Pembunuhan adalah cara biasa,asal maksud dan tujuannya tercapai.[1]
Daulah Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus, telah diperintah oleh 14 orang kholifah. Namun diantara
kholifah-kholifah tersebut, yang paling menonjol adalah : Kholifah Muawiyah bin
Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz
dan Hisyam bin Abdul Malik. [2]
B. Peta Daerah
Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan Bani Umayyah
Dalam upaya perluasan daerah
kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, Muawiyah selalu mengerahkan segala
kekuatan yang dimilikinya untuk merebut kekuasaan di luar Jazirah Arab, antara
lain upayanya untuk terus merebut kota Konstantinopel. Ada tiga hal yang
menyebabakan Muawiyah terus berusaha merebut Byzantium. Pertama, karena kota
tersebut adalah merupakan basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya
dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering
melakukan pemberontakan ke daerah Islam. Ketgia, Byzantium termasuk wilayah
yang memiliki kekayaan yang melimpah.
Pada waktu Bani Umayyah berkuasa,
daerah Islam membentang ke berbagai negara yang berada di benua Asia dan Eropa.
Dinasti Umayyah, juga terus memperluas peta kekuasannya ke daerah Afrika Utara
pada masa Kholifah Walid bin Abdul Malik , dengan mengutus panglimanya Musa bin
Nushair yang kemudian ia diangkat sebagai gubernurnya. Musa juga mengutus
Thariq bin Ziyad untuk merebut daerah Andalusia.
Keberhasilan
Thariq memasuki Andalusia, membuta peta perjalanan sejarah baru bagi kekuasaan
Islam. Sebab, satu persatu wilayah yang dilewati Thariq dapat dengan mudah
ditaklukan, seperti kota Cordova, Granada dan Toledo. Sehingga, Islam dapat
tersebar dan menjadi agama panutan bagi penduduknya. Tidak hanya itu, Islam
menjadi sebuah agama yang mampu memberikan motifasi para pemeluknya untuk
mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan social, politik, ekonomi,
budaya dan sebaginya. Andalusia pun mencapai kejayaan pada masa pemerintahan
Islam.[3]
C.
Kemajuan dan Keunggulan Bani Umayyah
Dimasa
Bani Umayyah ini, kebudayaan mengalami perkembangan dari pada masa sebelumnya.
Di antara kebudayaan Islam yang mengalami perkembangan pada masaini adalah seni
sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir, dansebaginya.
Pada masa ini telah banyak bangunan
hasil rekayasa umat Islam dengan mengambil pola Romawi, Persia dan Arab.
Contohnya adalah bangunan masjid Damaskus yang dibangun pada masa pemerintahan
Walid bin Abdul Malik, dan juga masjid Agung Cordova yang terbuat dari batu
pualam.[4]
Seni sastra berkembang dengan pesatnya, hingga mampu menerobos ke dalam
jiwa manusia dan berkedudukan tinggi di dalam masyarakat dan negara. Sehingga syair
yang muncul senantiasa sering menonjol dari sastranya, disamping isinya yang
bermutu tinggi.
Dalam seni suara yang
berkembang adalah seni baca Al-Qur’an, qasidah, music dan lagu-lagu yang
bernafaskan cinta. Sehingga pada saat itu bermunculan seniman dan qori’/ qori’ah
ternama.
Perkembangan seni ukir yang
paling menonjol adalah penggunaan khot Arab sebagai moti fukiran atau pahatan.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dinding masjid dan tembok-tembok istana
yang diukur dengan khat Arab. Salah satunya yang masih tertinggal adalah ukiran
dinding Qushair Amrah (Istana Mungil Amrah), istana musim panas di daerah
pegunungan yang terletak lebih kurang 50 mil sebelah Timur Amman.
Dalam bidang ilmu pengetahuan,
perkembangan tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu
pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti,
ilmu bumi, sejarah, dan lain-lain.[5]
Pada ini juga, politik telah
mengaami kamajuan dan perubahan, sehingga lebih teratur dibandingkan dengan
masa sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan), dibentuknya
Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan), Organisasi Keuangan,
Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata UsahaNegara.[6]
Kekuatan militer pada masa
Bani Umayyah jauh lebh berkembang dari masa sebelumnya, sebab diberlakukan
Undang-Undang Wajib Militer (Nizhamut TajnidilIjbary). Sedangkan pada masa
sebelumnya, yakni masa Khulafaurrasyidin, tentara adalah merupakan pasukan
sukarela. Politik ketentaraan Bani Umayyah adalah politik Arab, dimana tentara
harus dari orang Arab sendiri atau dari unsure Arab.
Pada masa ini juga, telah dibangun
Armada Islam yang hampir sempurna hingga mencapai17.000 kapal yang dengan mudah
dapat menaklukan Pulau Rhodus dengan panglimanya Laksamana Aqabah bin Amir.
Disamping itu Muawiyah juga telah membentuk “ArmadaMusin Panas dan Armada Musim
Dingin”, sehingga memungkinkannya untuk bertempur dalam segala musim.
Dalam bidang social budaya,
kholifah pada masa Bani Umayyah juga telah banyak memberikan kontribusi yang
cukup besar. Yakni, dengan dibangunnya rumah sakit (mustasyfayat) di
setiap kota yang pertama oleh Kholifah Walid bin Abdul Malik. Saat itu juga dibangun
rumah singgah bagi anak-anak yatim piatu yang ditinggal oleh orang tua mereka
akibat perang. Bahkan orang tua yang sudah tidak mampu pun dipelihara
dirumah-rumah tersebut. Sehingga usaha-usaha tersebut menimbulkan simpati yang cukup
tinggi dari kalangan non-Islam, yang pada akhirnya mereka berbondong-bondong
memeluk Islam.[7]
D. Kejayaan Islam Pada
Masa Bani Umayyah
Sepeninggal
kholifah Ali bin Abi Tholib (656-661), sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak dan
Iran memilih dan mengangkat Hasan bin Ali. Beliau memerintah + 3bulan,
setelah itu jabatannya dialihkan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, karena beliau
menyadari kelemahan dan kekurangan dalam kepemimpinannya, dia berfikir Muawiyah
yang lebih cocok untuk memimpin Umat Islam.
Pada tahun 661 M, terjadilah
perpindahan kekuasaan dari Hasan kepada Muawiyah. Serah terima jabatan itu
berlangsung di kota Kuffah, kemudian dikenal dalam sejarah Islam dengan istilah
“Amul Jama’ah”.[8]
Perpindahan kekuasaan kepada Muawiyah ibn Sufyan telah mengakgiri bentuk
pemerintahan yang demokratis. Kekholifahan ini menjadi semacam monarchi
absolut. Dan kekholifahan ini bertahan + sampai 90 tahun, dimulai dari
tahun 661 – 750 M. Selama masa pemerintantahan bani Umayyah telah berkuasa
sebanyak 14 khalifah dandiantara khalifah yang berhasil dalam menjalankan roda
pemerintahan adalah ;
1. Muawiyah bin Abi
Sufyan (41-60 H /661-680 M)
Muawiyah dilahirkan + 15
tahun sebelum hijriyah dan masuk Islam pada hari penaklukan Mekah. Beliau
diangkat langsung oleh Rasulullah sebagai anggota sidang penulis wahyu yang
bertujuan agar Muawiyah lebih akrab dan Islam ini benar-benar tertanam dalam
hatinya.
Dalam perjalanan sejarah hidupnya,
kemudian dia diangkat sebagai Gubernur Damaskus,dari sini karir politiknya
dilakukan secara perlahan, yang kemudian mengantarkannya ke puncak kekuasaan.
Diantara yang dilakukan adalah perluasan wilayah dan berusaha menaklukkan beberapa
daerah kekuasaan Byzantium dan Persia.
2. Kholifah Abdul Malik ibn Marwan (65-86 H /
685-705 M)
Beliau terkenal karena banyak
jasanya dalam menciptakan keamanan di semua wilayah Islam. Setelah keamanan
menjadi stabil, maka ia berusaha melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan
rakyat, antara lain :
a.
Membentuk mahkamah agung
b.
Penggantian bahasa resmi
c.
Penggantian mata uang dan lain-lain
3. Kholifah Walid ibn
Abdul Malik(86-96 H / 705-715 M)
Pada masa pemerintahan beliau adalah
masa-masa keemasan daulat bani Umayyah, karenadi samping wilayah Islam luas,
kemajuan dalam bidang sosial dan budaya.
4. Kholifah Umar bin
Abdul Azis (99-101H / 717-720 M)
Beliau di kenal dengan keadilannya
menjalankan pemerintahannya. Ia lebih mementingkan agama dari pada politik,
lebih mementingkan persatuan umat. Beliau dalam menyebarkan Islam dilakukan
dengan cara mengirimkan para muballigh ke India, Turki dan Barbar (Afrika).
5. Hisyam bin Abdul
Malik (105-125 H /724-743 M)
Beliau adalah termasuk orang yang
cakap, sehingga masa pemerintahannya mengalami kemajuan yang amat pesat.
Adapun wilayah kekuasaan Islam pada
masa kejayaan Bani Umayyah adalah memperluas wilayah kekuasaan Islam ke Afrika
Utara, ke barat sampai ke Maroko, dan ke utara menyeberangi laut tengah. Kemudian
pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik ini berusaha memperluas wilayah ke
daerah timur, ke benua Afrika dan Spanyol.[9]
E.
Keruntuhan Bani Umayyah
Bani Umayyah
mengalami keruntuhan oleh banyak hal, diantaranya adalah terbaginya kekuasaan
Daulah Bani Umayyah ke dalam dua wilayah. Kholifah Marwan binMuhammad berkuasa
di wilayah Semenanjung Tanah Arab, dan Kholifah Yazid binUmar berkuasa di
wilayah Wasit. Namun yang paling kuat di antara kedua wilayah tersebut adalah
yang berpusat di Semenanjung Tanah Arab. Sehingga para pendiri kerajaan Daulah
Bani Abbasiyah terus menerus mengatur strateginya untuk menumbangkan Kholifah
Marwan dengan cara apapun, termasuk menghabisi nyawanya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah tersebut,
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Diantara faktor-faktor yang membawa
Daulah Bani Umayyah mengalami kemunduran adalah sebagai berikut:
- Munculnya fanatisme kesukuan dalam suku-suku bangsa Arab
- Kuatnya pengaruh fanatisme golongan (Arabisme) yang memicu munculnya kecemburuan sosial di kalangan non Arab (Mawali)
- Adanya perebutan kekuasaan di dalam keluarga besar Bani Umayyah
- Larutnya beberapa penguasa (khalifah) dalam limpahan harta dan kekuasaan
2. Adapun faktor-faktor yang membawa
Daulah Bani Umayyah ke gerbang kehancuran adalah sebagai berikut:
- Tidak adanya sistem pergantian pemerintah (khalifah) yang baku yang bias dijadikan patokan dalam pergantian khalifah
- Kuatnya gerakan oposisi dari kaum Syi`ah dan Khawarij
- Perselisihan dan pertentangan etnis antara suku Arab yang mengakibatkan para penguasa mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan
- Sikap hidup yang mewah di lingkungan keluarga Bani Umayyah
- Perhatian penguasa Bani Umayyah terhadap perkembangan agama sangat kurang
- Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd.Al-Muthalib dan didukung oleh Bani Hasyim, kaum Syi`ah dan kaum Mawali.
DAFTAR PUSTAKA
Chatibul Umam, Prof, Dr. Abidin
Nawawi, Drs, SejarahKebudayaan Islam MTs, Menara Kudus, Semarang, 1995
Murodi, Drs, Sejarah Kebudayaan
Islam MA, Karya Toha Putra,Semarang, 2003
“Sejarah Peradaban Islam”, Harun Nasution
[1]
ChatibulUmam, Abidin Nawawi, Sejarah Kebudayaan Islam MTs,
Karya Toha Putra, Hal11
[3]
Murodi, SejarahKebudayaan Islam MA, Karya Toha Putra,
Hal 41
[5]
Ibid, hal44
[6]
ChatibulUmam, Abidin Nawawi, Sejarah Kebudayaan Islam MTs,
Karya Toha Putra, Hal39
[7]
Ibid, hal44
[9]
Diambil dari buku “Sejarah Kebudayaan Islam
Kurikulum/GBPP 1994”, Drs.Muradi, oleh Thoha Putra Semarang.
No comments:
Post a Comment