Pages

Monday, November 4, 2013

Makalah Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab




BAB II
PEMBAHASAN 
A.      Devinisi Evaluasi Pembelajaran
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Arab al-taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value, dalam bahasa Arab al-qimah, dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Denagan demikian evaluasi pendidikan (educational evaluation, al-taqdir altarbawiy, penilaian dalam bidang pendidikan) atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.[1]
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Dalam proses penilaian, dilakukan perbandingan antara informasi-informasi yang telah berhasil dihimpun dengan kriteria tertentu, untuk kemudian diambil keputusan atau dirumuskan kebijakan tertentu. Kriteria atau tolak ukur yang dipegang tidak lain adalah tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum kegiatan pendidikan itu dilaksanakan.[2]
Berbicara tentang pengertian evaluasi pendidikan di tanah air kita, Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan sebagai berikut :
1.    Proses kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.
2.    Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed beck) bagi penyempurnaan pendidikan.[3]
Evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ;
1.    Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembelajaran bagi masyarakat.
2.    Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan dengan metode yang berbeda.
3.    Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.
4.    Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
5.    Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
6.    evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
7.    Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
8.    Evaluasi akan mantap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.
9.    Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
10.     Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.[4]
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut. 
B.       Perencanaan Evaluasi Pembelajaran
Dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Evaluasi pembelajaran secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu :
1.    Input yaitu bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang yang dimaksud dengan bahan mentah adalah siswa buru yang akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tiungkat (institusi), calon siswa itu dinilai dahulu kemampuannya. Dengan evaluasi itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan padanya.
2.    Transformasi yaitu mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksud dengan transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya transformasi. Bahan jadi yang diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat bekerjanya unsur-unsur yang ada. Unsur-Unsur transformasi sekolah tersebut antara lain :
a.         Guru dan personal lainnya.
b.        Bahan pembelajaran.
c.         Metode mengajar dan sistem evaluasi.
d.        Sarana penunjang.
e.         System administrasi.
3.    Output yaitu bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang yang dimaksud adalah sisiwa lulusan sekolah yang bersangkutan.Untuk dapat menetukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan evaluasi.[5]
Apabila prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut :
1.      Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb).
2.      Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).
3.      Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).
4.      Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS ).
5.      Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.[6]
C.      Teknik Evaluasi Pembelajaran
Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1.           Teknik non tes
Ada beberapa teknik non tes, yaitu :
a.       Skala bertingkat (rating scale), skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan ’’rating gives a numerical value to some kind of judgement’’,maka suatu skala disajikan dalam bentuk angka.
Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala.Bertujuan agar pencatatannya dapat objektif, maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadiaan seseorang disajikan dalam bentuk skala.
b.      Kuesioner (questionare), juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi orang yang akan diukur, (responden). Dengan kuesioner orang dapat diketahui tentang keadaan, data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, atau pendapatnya dan lain-lain.Kuesioner dapat ditinjau dari  dua segi antara lain :
a)      Dari segi siapa yang menjawab :
Ø  Kuesioner langsung, jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
Ø  Kuesioner tidak langsung, yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang bimintai keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.
b)        Dari segi cara menjawab dibedakan atas :
Ø  Kuesioner tertutup, kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban langkah sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
Ø  Kuesioner terbuka, adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beranekaragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.
c.       Daftar cocok (chek list), adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat) dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( ) ditempat yang sudah disediakan.
d.      Wawancara (interview), suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan ssepihak karena dalam wawancara responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara :
a)        Wawancara bebas
Responden mempunyai kebebasan mengutarakan pendapatnya.
b)        Wawancara terpimpin
Dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya.[7]
e.       Pengamatan (observation) suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
a)        Obserfasi partisipatif dan non partisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
b)        Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati
Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.
c)        Observasi experimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis.Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.[8]
f.       Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai.[9]
2.           Teknik tes
Definisi yang dikutip dari Webster’s Collegiate “Test=any saries of questions or exercise or other means of measuring the skill, knowledge, capacities of aptitudes or an individual or group.”
Yang kurang lebih artinya : tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan, atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes ada tiga macam :
a.         Tes diagnostic, adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
b.        Tes formatif, dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif” maka evaluasi formatif bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostic pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
c.         Tes sumatif, dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir catur wulan atau akhir semester.[10]
Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1.        Tes individual yakni tes dimana tester (Guru) berhadapan dengan satu orang testee (murid) saja, dan
2.        Tes kelompok yakni tes dimana tester berhadapan lebih dari satu orang testee.
Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi testee utuk menyelesaikan tes, tes dapat dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1.        Power test yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi,
2.        Speed test yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Dilihat dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1.        Verbal test yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis, dan
2.        Nonverbal test yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1.        Tes tertulis yakni jenis tes di mana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis, dan
2.        tes lisan yakni tes di mana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.[11]
Dengan mempertimbangkan kriteria- kriteria dapat dihasilkan alat tes (soal-soal) yang berkualitas memenuhi syarat- syarat diantaranya:
o    Shahih ( valid) yaitu mengukur yang harus diukur, sesuai dengan tujuan.
o    Relevan yaitu diuji sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
o    Spesifik, soal hanya dapat dijawab oleh peserta didik.
o    Representif, soal mewakili materi ajar secara keseluruhan.
Sebuah tes yang bisa dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki :
a.         Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh, untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya.
b.        Reliabilitas
Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.
c.         Objektivitas
Sebuah dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadipada sistem scoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
d.        Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang: mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
e.         Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.[12]
D.      Prinsip-Prinsip Evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
1.        Kontinuitas
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insedental karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinyu. Oleh sebab itu evaluasi pun harus dilakukan secara kontinyu pula.
2.        Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu obyek, guru harus mengambil seluruh obyek itu sebagai bahan evaluasi.
3.        Adil dan obyektif
Dalam melaksanakan evaluasi guru harus berlaku adil dan tanpa pilih kasih kepada semua peserta didik. Guru juga hendaknya bertindak secara obyektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik.
4.        Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi hendaknya guru bekerjasama dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didk
5.        Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut.[13]

DAFTAR PUSTAKA 
Daryanto, 2008, Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Sudijono Anas, 2006, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
http://benao.multiply.com/journal/item/16.
http://sylvie.edublogs.org/2007/04/27/evaluasi-pendidikan/comment-page-1/
http://risqinisa.wordpress.com/2011/01/05/alat-evaluasi-pembelajaran/
 http://tuyulndeso.blogspot.com/2012/03/makalah-subjek-sasaran-prinsip-dan-alat.html





[1] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006, hlm.1.
[2] http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/definisi-evaluasi/
[3] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi pendidikan, hlm.2.
[4] http://sylvie.edublogs.org/2007/04/27/evaluasi-pendidikan/comment-page-1/

[5] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, hlm 7-8.

[6] http://sylvie.edublogs.org/2007/04/27/evaluasi-pendidikan/comment-page-1/

[7] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, hlm. 33.
[8] http://benao.multiply.com/journal/item/16
[9] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, hlm.34.
[10] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, hlm. 35-42.

[11] Hasnawati.Evaluasi Pembelajaran.Stain Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi.hal 90-93
[12] http://risqinisa.wordpress.com/2011/01/05/alat-evaluasi-pembelajaran/
[13] http://tuyulndeso.blogspot.com/2012/03/makalah-subjek-sasaran-prinsip-dan-alat.html

No comments:

Post a Comment